15 April 2014

Kisah Penyelamat Lingkungan dari Margasari

Sang Penyelamat Lingkungan

Margasari adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Pada Tahun 80 hingga 90'an sepanjang pesisir pantai Desa Margasari telah gundul akibat eksploitasi yang luar biasa untuk tambak budidaya udang.

Pada saat itu hutan mangrouve dalam sekejap mengalami kerusakan yang sangat parah. Bahkan menurut cerita penduduk setempat, laut dapat dilihat dengan mata telajang dari depan rumah karena sudah tidak ada pelindung (Barrier) pohon mangrouve.

Kondisi Mangrouve Desa Margasari (Sore Hari)
Foto: Henny Indah Pertiwi
 
Penyelamat Lingkungan itu bernama "Pak Subak"
Kerusakan lingkungan yang sangat parah di Desa Margasari membuat salah satu warga terpanggil hatinya untuk bergerak menyelamatkan lingkungan. "Pak Subak" begitulah ia disapa sehari-hari. Bapak yang sudah lanjut usia dan hidup sederhana sebagai nelayan ini memiliki tekad yang sangat kuat peduli terhadap lingkungan.

Penyelamat lingkungan melekat pada diri pak subak setelah beliau mendapatkan anugerah "KALPATARU" tingkat Provinsi pada tahun 2011. Nama beliau diukir dalam sejarah sebagai penyelamat lingkungan hidup.
Pada saat ini Desa Margasari telah hijau kembali, bahkan hijaunya membuat saudara-saudaranya iri dan ingin hijau kembali.
Pak SUbak (tengah) bersama mahasiswa UNILA
Foto: Rahmat Ori

Beliau menceritakan awal kisahnya menyelamatkan hutan mangrouve kepada Gomumu. Berikut petikan kisah dari sang penyelamat lingkungan "Pak Subak":
  1. Sejak kapan hutan mangrouve di Desa Margasari mulai rusak pak?
    Rusaknya mulai dari tahun 80'an, tetapi puncak kerusakannya menjelang tahun 90'an. Sejak pembukaan besar-besaran tambak udang. 

  2. Seberapa parah kerusakannya pak?
    Ya sangat parah sekali. Dahulu sudah tidak ada mangrouve lagi, hanya tinggal beberapa batang. Kalau ada perahu di laut ya keliahatan dari sini (rumah pak subak: >500 m dari laut).

  3. Bagaimana bapak bisa tergerak untuk mengembalikan hutan mangrouve disini pak?
    Beliau menceritakan bahwa beliau sebenarnya bukan penduduk asli Margasari. Beliau berasal dari Cilacap dan bertransmigrasi ke Lampung pada tahun 1970'an. Nah saat masih bujangan di Cilacap beliau pernah turut serta dalam kegiatan penyelamatan hutan mangrouve. Berbekal sedikit ilmu tentang pentingnya mangrouve beliau mulai tergerak untuk menyelamatkan hutan mangrouve didesanya.


     HIMBIO UNILA bersama pak Subak Melihat kondisi mangrouve (survey PKSDA XVII)
    . Foto: Heny Indah Pertiwi
  4. Bisa berbagi kisahnya pak awal mula usaha penyelamatan hutan mangrouve hingga jadi sampai seperti ini ?
    Awal mulanya setiap saya melaut, saya ambil beberapa biji api-api dan mangrouve (istilah masyarakat untuk menyebut 2 jenis mangrouve: Avicennia sp. dan Rizophora sp.), saya sebar-sebar dilumpur yang agak kosong. Kadang-kadang anak-anak disini bapak suruh mencari buah api-api dan bapak beli 500 rupiah per kantong plastik.

    Nah dahulu mantan kepala desa disini sangat baik, beliau juga peduli terhadap kerusakan lingkungan disini. Saya bertanya kepada bapak kepala desa, "Pak alase wes ora enek, lek mengko enek tsunami opo gelombang piye pak?" (pak hutan mangrouvenya sudah tidak ada lagi, bagaimana nanti jika ada tsunami dan gelombang pasang pak?). Menurut pak subak bapak kepala desa menggerakkan masyarakat untuk menanam mangrouve dan selalu mengontrol mengrouve disana.

    Pada tahun 1995 usaha penyelamatan mangrouve dilakukan secara swadaya oleh masyarakat. Baru tahun 1997 Dinas Kehutanan memprioritaskan penyelamatan hutan mangrouve yang berpusat di Desa Margasari. Pada saat itu dilakukan penanaman 100 ribu bibit dan terus dilakukan penanaman hingga saat ini.
    Kondisi Api-Api (Avicennia sp) yang ditanam pada tahun 1997
    Foto: Henny Indah Pertiwi

  5. Saat ini ada berapa hektar pak yang sudah ditanami mangrouve?
    Kalau pastinya kurang tahu, tapi sepanjang pesisir desa margasari hingga sriminosari hampir ditanami semua (> 7 Km) dengan lebar bervariasi ada yang hanya beberapa puluh meter ada yang ratusan meter, ada pula yang >1 km. Bahkan setelah ditanami mangrouve pada tahun 1997, muncul tanah timbul (delta yang sangat luas dan saat ini sudah ditumbuhi pohon-pohon mangrouve kembali. Delta ini dulunya daratan yang terkena abrasi air laut.

  6. Bagaimana dengan hasil lautnya pak? apakah setelah menjadi hutan mangrouve kembali hasil tangkapan laut lebih baik?Perubahannya ada, ikan juga menjadi lebih banyak. Dahulu pas hutannya gundul mana bisa disini mancing Sembilang (Jenis ikan laut yang bentuknya seperti ikan lele).

  7. Bagaimana dengan kesadaran masyarakat disini pak?
    Ya ada yang seneng ada pula yang tidak. Yang seneng ya yang sadar dengan lingkungan, dan yang tidak senang ya yang punya kepentingan, contohnya punya tambak yang dulunya kena abrasi lantas ditanami mangrouve.
  8. Untuk pengelolaan dan pengawasannya bagaimana pak?
    Hutan mangrouve disini tetap dikelola oleh Dinas Kehutanan. Untuk pengawasannya setiap desa ada yang mengawasi. Disini salah satunya saya.

  9. Kalau ada yang menebang pohon mengrouve bagaimana pak? apakah pernah ada yang menebang mangrouve?
    Belum ada yang menebang sembarangan. Disini masyarakat sudah tahu kalau menebang pohon itu bisa dipenjara. Mau ngambil batang-batang pohon saja banyak yang takut. Kalau ada yang menebang pengawas yang ditugaskan harus melaporkan ke kepolisian.


  10. Sampai sekarang di Margasari masih terus dilakukan penanaman pak?
    Iya masih terus dilakukan penanaman, secara swadaya dan proyek dari dinas tapi berjenjang kalau proyek dari dinas. Proyek penanaman sekarang sudah luas, sekarang sudah sampai ke desa lain disepanjang Kecamatan Labuhan Maringgai, bahkan sudah sampai Kecamatan Pasir Sakti. Gomumu: sedikit informasi bahwa garis pantai kedua kecamatan diatas lebih dari 30 Km.
Kisah dari sang penyelamat lingkungan "Pak Subak" menjadi layak untuk kita teladani. Tanpa rasa malu beliau berani memulai bersama kepala desa dan warga. Berbekal kesederhanaan sebagai seorang nelayan, beliau menjadi seorang inspirator yang jasanya diakui oleh negara. Berkat beliau kini desanya menjadi asri kembali. Bukan hanya warga desa yang tersenyum namun semua makluk hidup yang bergantung pada mangrouve akan tersenyum dan berterimakasih kepadanya. Tuhan pasti akan memberikan imbalan yang labih pantas dari apa yang kita sandangkan kepadanya"penyelamat lingkungan". Karena beliau menunaikan tugas sebagai seorang khalifah yang tidak berbuat kerusakan, bahkan memelihara alam sebagaimana mestinya @Gomumu.



0 komentar:

Post a Comment

Silahkah Berkomentar Sesuai Dengan Konten, Bisa Berupa Tanggapan, Kritik, Ataupun Saran. Terimakasih.

Copyright © 2012 GOMUMU All Right Reserved