20 April 2015

Kondisi Hutan Mangrove di Pesisir Lampung


Kondisi Hutan Mangrove di Pesisir Lampung
Mangrove adalah hutan pantai yang keberadaannya mendukung unsur kehidupan di lautan. Hutan mangrove merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu keseimbangan lingkungan. Pengertian mangrove sebenarnya sudah mencakup hutan itu sendiri. Namun penambahan istilah “hutan” sepertinya lebih familiar ditelinga masyarakat secara umum. Bahkan masyarakatpun lebih familiar lagi menyebutnya dengan istilah “hutan bakau”. 

Aktivitas manusia pada saat ini hanya menyisakan sedikit ruang hijau. Tidak di Lampung saja, bahkan di Indonesia dan pastinya didunia pun aktivitas manusia telah menyebabkan penyempitan hutan. Peta hijau dunia perlahan-lahan terkikis dan menyusut akibat tingginya pemanfaatan lahan disegala tempat. Aktivitas pemanfaatan lahan hampir kita temuai diseluruh penjuru dunia. Bahkan perambahan areal hutan yang notabennya dilindungi oleh Undang-Undang pun sangat sering terjadi.

Hutan Mangrove Lampung
Secara umum hutan mengrouve di Indonesia telah mengalami deforestasi yang luar biasa. Tidak terkecuali di Bumi Ruwai Jurai yang sebagian besar daratannya dikelilingi oleh laut. Banyak sekali bibir pantai yang plong akibat rusaknya hutan mengrove dan meninggalkan jejak memperihatikan.


Hutan Mangrove di Pesisir Timur Lampung. Foto: Gomumu/2014


Lampung bagian barat (Pesisir Barat Lampung, Teluk Semangka, dan Teluk Lampung) didominasi oleh barisan bukit dengan tekstur pantainya yang berbatu atau berpasir. Secara umum bagian Barat Lampung terutama Teluk Semangka dan teluk Lampung sangat kaya akan terumbu karang (coral reef). Keindahan pantainya pun sudah dikenal hingga mancanegara. Mulai dari pantai Lampung Selatan, hingga Teluk Lampung dan Kulumbayan, Tanggamus, hingga Pesisir Barat menampilkan panorama alam yang menakjubkan. dengan ombaknya yangg sangat besar
Pernahkan pembaca Gomumu berkunjung disalah satu pantai di Lampung Selatan atau Teluk Lampung? Bagaimana keindahannya? 
 Peta Hutan Lampung. Sumber: Kementrian Kehutanan Nov. 2012

Pantai bagian Barat Lampung yang didominasi oleh batuan dan pasir tersebut hanya memiliki sedikit hutan mengrove. Memang dibeberapa areal ditumbuhi oleh hutan mangrove dan menjaga pantainnya dari abrasi. Namun sudah bisa ditebak, tingginya aktivitas manusia dan pemanfaatan areal potensial di bagian Barat Lampung membuat hutan mangrove hanya sedikit yang tersisa. Pemanfaatan hutan mangrove di pesisir Lampung diantaranya seperti obyek wisata, pemukiman penduduk, pelabuhan nelayan, serta perusahaan intensif  budidaya udang putih (Pennaeus vannamei). 
Hutan Mengrove yang Rusak dan Terkena Abrasi di Pesisir Lampung. Foto: Gomumu/2014

Banyaknya kerusakan lingkungan akibat hilangnya hutan mangrove di Barat Lampung membuat beberapa kelompok masyarakat menjadi sadar dan berinisiatif melakukan rehabilitasi lahan. Salah satunya adalah kelompok masyarakat konservasi mangrove yang berada di Wilayah Pantai Klara, LANAL Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Dengan dipayungi oleh Angkatan Laut mereka menjaga dan melakukan konservasi mangrove di Wilayah Padang Cermin.



Lain halnya dengan pantai timur Lampung yang sebagian besar wilayahnya didominasi oleh hutan mangrove. Dengan karakteristik pantai berlumpur serta berpasir, menjadikan pantai timur Lampung sebagai habitat mangrove yang sangat sesuai. Namun dengan kekayaan hutan mangrove yang ada, ternyata tidak saja membuat masyarakat memahaminya. Kerusakan yang sangat parah mendominasi wilayah pesisir Timur Lampung ini. Dari Bakauheni, Ketapang Lampung Selatan, membentang kearah utara hingga Labuhan Maringgai, Taman Nasional Way Kambas, dan wilayah pesisir Tulang Bawang.

Menurut Dinas Provinsi Lampung (2000), Sejak tahun 1992 hingga tahun 2000 daratan di Labuhan Maringgai hilang sejauh 300 meter akibat abrasi. Hal ini menyebabkan banyak kampung nelayan yang tergusur dan hilang. Padahal sejak menurut CRMP dari tahun 1950 hingga tahun 1970 an garis pantai cenderung stabil .
Rusaknya hutan mangrove di pesisir Timur Lampung mayoritas disebabkan oleh pembukaan lahan untuk budidaya udang. Pembukaan lahan secara besar-besaran oleh masyarakat dan perusahaan terjadi pada tahun 90’ an. Survei CRMP dari Dinas Provinsi Lampung menyebutkan bahwa dari Labuhan Maringgai hingga Palas saja luas tambak masyarakat mencapai 4.600 hektar.

Jika kita melihat penampakan foto udara (bisa menggunakan Google Earth), maka akan kita lihat bagaimana areal hijau yang sangat sedikit dan terkonsentrasi di kabupaten Lampung Timur, tepatnya di Pesisir Taman Nasional Way Kambas. Ya, areal pesisir yang relatif masih terjaga hanyalah di Taman Nasional Way Kambas saja.

Seperti halnya di bagian barat Lampung, kerusakan hutan mengrove membuat beberapa masyarakat yang mengerti akan pentingnya hutan mengrove menjadi risau. Salah satunya adalah masyarakat desa Margasari, Kabupaten Lampung Timur. Karena kegelisahan abrasi yang akan menelan desa mereka, pada tahun 1995 mereka sudah melakukan konservasi mangrove secara swadaya. Bahkan pada tahun 1997 dinas kehutanan mulai menjadikan wilayah ini sebagai areal pemulihan. Benar saja, sekarang hutan mangrove yanga ada di Desa Margasari sudah pulih seperti sediakala. Bahkan Margasari menjadi percontohan areal konservasi mangrove ditingkat nasional dan internasional. Universitas Lampung bersama dengan Universitas dari Jepang juga melakukan konservasi dan studi secara periodik .
Gomumu dkk.Bersama dengan Pak Subak, Penggiat Konservasi Mangrove dari Margasari. Foto: Marlie /2014.

Foto diatas adalah salah satu penggiat konservasi yang sangat peduli akan kelangsungan hutan mangrove Lampung. Beliau adalah nelayan lokal yang melakukan konservasi mangrove secara konsisten dan swadaya sejak tahun 1995. Bahkan pada tahun 2010 Pemerintah Provinsi Lampung menganugrahi beliau dengan penghargaan tertinggi“Kalpataru” sebagai penyelamat lingkungan hidup. Kisah inspiratif  beliau layak untuk kita simak Kisah Penyelamat Lingkungan Dari Margasari Lampung

Banyaknya keruskaan hutan mangrove di Lampung membuat beberapa masyarakat sadar dan melakukan upaya konservasi. Besarnya upaya konservasi tersebut bahkan tidak akan pernah sebanding dengan proses pengrusakan yang sejenak terjadi. Perlu tekad serius berpuluh-puluh tahun untuk mengembalikannya. Bahkan milyaran rupiah pastinya harus digelontorkan untuk mengembalikan hutan mengrove seperti sediakala. 

Kerusakan hutan mengrove memang tidak serta merta memiliki dampak bagi semua orang. Karena dengan rusaknya hutan mengrove ternyata telah menghidupi puluhan ribu keluarga di Bumi Ruwai Jurai melalui tambak tradisional dan perusahaan. Semestinya dahulu sebelum terjadi pembukaan lahan harus ada aturan yang menyisakan hutan mengrove sebagai barrier atau green belt. Kemanfaatan akan dirasakan semua pihak jika pengaturan ekologi diperhatikan. Pembukaan lahan akan jauh lebih baik jika memperhatikan pengelolaan lingkungan (mangrove). Salam Hijau @Gomumu.

2 komentar:

Silahkah Berkomentar Sesuai Dengan Konten, Bisa Berupa Tanggapan, Kritik, Ataupun Saran. Terimakasih.

Copyright © 2012 GOMUMU All Right Reserved