Kondisi Hutan Mangrove di Pesisir Lampung
Mangrove adalah hutan pantai yang keberadaannya mendukung unsur
kehidupan di lautan. Hutan mangrove merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu
keseimbangan lingkungan. Pengertian mangrove sebenarnya sudah mencakup hutan
itu sendiri. Namun penambahan istilah “hutan” sepertinya lebih familiar
ditelinga masyarakat secara umum. Bahkan masyarakatpun lebih familiar lagi
menyebutnya dengan istilah “hutan bakau”.
Aktivitas manusia pada saat ini hanya menyisakan sedikit ruang
hijau. Tidak di Lampung saja, bahkan di Indonesia dan pastinya didunia pun
aktivitas manusia telah menyebabkan penyempitan hutan. Peta hijau dunia
perlahan-lahan terkikis dan menyusut akibat tingginya pemanfaatan lahan
disegala tempat. Aktivitas pemanfaatan lahan hampir kita temuai diseluruh
penjuru dunia. Bahkan perambahan areal hutan yang notabennya dilindungi oleh
Undang-Undang pun sangat sering terjadi.
Hutan
Mangrove Lampung
Secara umum hutan mengrouve di Indonesia telah mengalami deforestasi yang luar biasa. Tidak terkecuali di Bumi Ruwai Jurai yang sebagian besar daratannya dikelilingi oleh laut. Banyak sekali bibir pantai yang plong akibat rusaknya hutan mengrove dan meninggalkan jejak memperihatikan.
Secara umum hutan mengrouve di Indonesia telah mengalami deforestasi yang luar biasa. Tidak terkecuali di Bumi Ruwai Jurai yang sebagian besar daratannya dikelilingi oleh laut. Banyak sekali bibir pantai yang plong akibat rusaknya hutan mengrove dan meninggalkan jejak memperihatikan.
Hutan Mangrove
di Pesisir Timur Lampung. Foto: Gomumu/2014
Lampung bagian barat (Pesisir Barat Lampung, Teluk Semangka, dan
Teluk Lampung) didominasi oleh barisan bukit dengan tekstur pantainya yang
berbatu atau berpasir. Secara umum bagian Barat Lampung terutama Teluk Semangka
dan teluk Lampung sangat kaya akan terumbu karang (coral reef). Keindahan pantainya pun sudah dikenal hingga
mancanegara. Mulai dari pantai Lampung Selatan, hingga Teluk Lampung dan
Kulumbayan, Tanggamus, hingga Pesisir Barat menampilkan panorama alam yang
menakjubkan. dengan ombaknya yangg sangat besar
Pernahkan pembaca Gomumu berkunjung disalah satu pantai di Lampung
Selatan atau Teluk Lampung? Bagaimana keindahannya?
Peta Hutan Lampung. Sumber: Kementrian Kehutanan Nov. 2012 |
Pantai bagian Barat Lampung yang didominasi oleh batuan dan pasir tersebut hanya memiliki sedikit hutan mengrove. Memang dibeberapa areal ditumbuhi oleh hutan mangrove dan menjaga pantainnya dari abrasi. Namun sudah bisa ditebak, tingginya aktivitas manusia dan pemanfaatan areal potensial di bagian Barat Lampung membuat hutan mangrove hanya sedikit yang tersisa. Pemanfaatan hutan mangrove di pesisir Lampung diantaranya seperti obyek wisata, pemukiman penduduk, pelabuhan nelayan, serta perusahaan intensif budidaya udang putih (Pennaeus vannamei).
Hutan Mengrove yang Rusak dan Terkena Abrasi di Pesisir Lampung. Foto: Gomumu/2014 |
Banyaknya kerusakan lingkungan akibat hilangnya hutan mangrove di
Barat Lampung membuat beberapa kelompok masyarakat menjadi sadar dan
berinisiatif melakukan rehabilitasi lahan. Salah satunya adalah kelompok
masyarakat konservasi mangrove yang berada di Wilayah Pantai Klara, LANAL
Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Dengan dipayungi oleh Angkatan Laut mereka
menjaga dan melakukan konservasi mangrove di Wilayah Padang Cermin.
Lain halnya dengan pantai timur Lampung yang sebagian besar
wilayahnya didominasi oleh hutan mangrove. Dengan karakteristik pantai
berlumpur serta berpasir, menjadikan pantai timur Lampung sebagai habitat
mangrove yang sangat sesuai. Namun dengan kekayaan hutan mangrove yang ada,
ternyata tidak saja membuat masyarakat memahaminya. Kerusakan yang sangat parah
mendominasi wilayah pesisir Timur Lampung ini. Dari Bakauheni, Ketapang Lampung
Selatan, membentang kearah utara hingga Labuhan Maringgai, Taman Nasional Way
Kambas, dan wilayah pesisir Tulang Bawang.
Menurut Dinas Provinsi Lampung (2000), Sejak tahun 1992 hingga
tahun 2000 daratan di Labuhan Maringgai hilang sejauh 300 meter akibat abrasi. Hal
ini menyebabkan banyak kampung nelayan yang tergusur dan hilang. Padahal sejak
menurut CRMP dari tahun 1950 hingga tahun 1970 an garis pantai cenderung stabil
.
Rusaknya hutan mangrove di pesisir Timur Lampung mayoritas
disebabkan oleh pembukaan lahan untuk budidaya udang. Pembukaan lahan secara
besar-besaran oleh masyarakat dan perusahaan terjadi pada tahun 90’ an. Survei
CRMP dari Dinas Provinsi Lampung menyebutkan bahwa dari Labuhan Maringgai
hingga Palas saja luas tambak masyarakat mencapai 4.600 hektar.
Jika kita melihat penampakan foto udara (bisa menggunakan Google Earth), maka akan kita lihat
bagaimana areal hijau yang sangat sedikit dan terkonsentrasi di kabupaten
Lampung Timur, tepatnya di Pesisir Taman Nasional Way Kambas. Ya, areal pesisir
yang relatif masih terjaga hanyalah di Taman Nasional Way Kambas saja.
Seperti halnya di bagian barat Lampung, kerusakan hutan mengrove
membuat beberapa masyarakat yang mengerti akan pentingnya hutan mengrove
menjadi risau. Salah satunya adalah masyarakat desa Margasari, Kabupaten
Lampung Timur. Karena kegelisahan abrasi yang akan menelan desa mereka, pada
tahun 1995 mereka sudah melakukan konservasi mangrove secara swadaya. Bahkan
pada tahun 1997 dinas kehutanan mulai menjadikan wilayah ini sebagai areal pemulihan.
Benar saja, sekarang hutan mangrove yanga ada di Desa Margasari sudah pulih
seperti sediakala. Bahkan Margasari menjadi percontohan areal konservasi mangrove
ditingkat nasional dan internasional. Universitas Lampung bersama dengan
Universitas dari Jepang juga melakukan konservasi dan studi secara periodik .
Gomumu dkk.Bersama dengan Pak Subak, Penggiat Konservasi Mangrove dari Margasari. Foto: Marlie /2014. |
Foto diatas adalah salah satu penggiat konservasi yang sangat
peduli akan kelangsungan hutan mangrove Lampung. Beliau adalah nelayan lokal
yang melakukan konservasi mangrove secara konsisten dan swadaya sejak tahun
1995. Bahkan pada tahun 2010 Pemerintah Provinsi Lampung menganugrahi beliau
dengan penghargaan tertinggi“Kalpataru” sebagai penyelamat lingkungan hidup. Kisah
inspiratif beliau layak untuk kita simak
Kisah Penyelamat Lingkungan Dari
Margasari Lampung.
Banyaknya keruskaan hutan mangrove di Lampung membuat beberapa
masyarakat sadar dan melakukan upaya konservasi. Besarnya upaya konservasi
tersebut bahkan tidak akan pernah sebanding dengan proses pengrusakan yang
sejenak terjadi. Perlu tekad serius berpuluh-puluh tahun untuk
mengembalikannya. Bahkan milyaran rupiah pastinya harus digelontorkan untuk
mengembalikan hutan mengrove seperti sediakala.
Kerusakan hutan mengrove memang tidak serta merta memiliki dampak
bagi semua orang. Karena dengan rusaknya hutan mengrove ternyata telah
menghidupi puluhan ribu keluarga di Bumi Ruwai Jurai melalui tambak tradisional
dan perusahaan. Semestinya dahulu sebelum terjadi pembukaan lahan harus ada
aturan yang menyisakan hutan mengrove sebagai barrier atau green belt.
Kemanfaatan akan dirasakan semua pihak jika pengaturan ekologi diperhatikan.
Pembukaan lahan akan jauh lebih baik jika memperhatikan pengelolaan lingkungan
(mangrove). Salam Hijau @Gomumu.
keren nih blognya... tentang penghijauan indonesia.
ReplyDeleteartikel yang sangat bermanfaat , terimakasih informasinya gan ..
ReplyDelete